Jumat, 25 November 2016

Konsep Pemikiran Plato Tentang Dunia Ide



KONSEP PEMIKIRAN PLATO TENTANG DUNIA IDE
TESIS : ide merupakan sesuatu yang bersifat kekal atau yang absolut, ide terlepas dari objek-objek inderawi sehingga ide menjadi landasan bagi pengetahuan yang sejati, namun ide juga tidak pernah lepas dari objek-objek inderawi dalam mencapai ilmu pengetahuan sejati.
1.                  PLATO DAN LATAR BELAKANG PEMIKIRANNYA
Plato lahir pada tahun 428/427 sM, dari suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sejak masa muda Plato bergaul dengan tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam dunia perpolitikan di Athena, dan  menurut kesaksian Aristoteles, Plato dipengaruhi juga oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran Herakleitos. Plato, juga dikatakan pernah mengunjungi Italya dan Sesilia  pada usia 40 tahun, dan pada tahun 348/347 sM, Plato mendirikan dan mengepalai sebuah akademia sampai pada kematianya pada tahun yang sama[1]
Titik tolak pemikiran dari Plato, berangkat dari kenyataan yang dapat  ditangkap oleh panca indra, yaitu realitas yang berubah-ubah, Plato meyakini bahwa dibalik dunia yang dicerap oleh panca indra terdapat dunia lain yang hanya dapat ditangkap dengan rasio, dan realitas itu disebutnya sebagai dunia ide atau dunia pemikiran[2]. Bagi Plato, ide adalah sesuatu yang objektif, ide-ide terlepas dari subjek yang berpikir, ide tidak tergantung pada pemikiran namun sebaliknya pemikiran yang tergantung pada ide-ide.[3] Konsep pemikiran Plato tentang ide ini merupakan inti dan dasar seluruh ajaran ajaran Plato. Ide yang dipahami Plato disini bukanlah arti yang dipakai oleh orang orang modern saat ini, yang hanya mengartikan ide itu sebagai sesuatu gagasan atau suatu pengalaman subjektif belaka, akan tetapi Plato memahami ide sebagai sesuatu yang objektif, yang terlepas dari subjek yang berpikir.
Konsep pemikiran Plato tentang ide ini dilatar belakangi oleh dua hal yang telah memberi pengaruh pada konsep pemikirannya. pertama, karena Plato adalah seorang matematik atau ilmu pasti sangat diutamakan di Akademianya, dan  gagasan matematika ini telah membimbingnya pada tatanan pemahaman metafisik, sehingga aktivitas ratio memungkinkan Plato untuk menangkap pemikiran dunia ide yang melampaui  realitas fisik atau tidak terikat pada objek partikular saja. Sehingga, bagi Plato realitas yang nyata bukanlah dunia inderawi atau dunia partikular, melainkan ide-idelah yang menjadi realitas yang paling real atau yang nyata. Kedua, hal yang hendak Plato ungkapkan disini atau yang menjadi latar belakang pemikirannya, adalah Plato menghubungkan suatu hubungan yang baru, antara pemikiran dari Parmenindes dan Herakleitos, antara hal yang plural dan yang unitas, antara yang banyak dan yang satu, dimana ajaran Herakleitos hanya lebih berlaku pada dunia inderawi saja atau realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain daripada gerak dan perubahan, dan pemikiran Parmenindes yang hanya berlaku pada ide-ide atau realitas merupakan keseluruhan yang bersatu tidak bergerak atau tidak berubah[4], sehingga bagi Plato ide-ide itu sesungguhnya bersifat abadi, yang independen atau bebas yang menjadi landasan atau fondasi untuk menuju pada pengenalan atau pengetahuan sejati.

2.                  LANDASAN PEMIKIRAN PLATO TENTANG IDE, DAN TANGGAPAN KRITIS ARISTOTELES
Landasan pemikiran Plato tentang ide, yang dikemukakan oleh Plato dapat dianggap sebagai sumbangan filosofis yang terbesar bagi dunia filsafat, karena melalui ajaran atau pemikirannya tentang ide ini, telah membawa Plato melebihi para pendahulunya. Dalam hal ini ide, menurut Plato adalah pola-pola yang bersifat kekal yang darinya objek-objek inderawi mendapat wujudnya, ide itu bersifat kekal, tak berubah dan tak bermateri. ide itu adalah dunia kodrati, bersifat kekal atau abadi[5]. Plato mengatakan bahwa ide itu tidak diciptakan oleh pemikiran manusia, ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide tersebut,  Ide adalah citra pokok dan pertama dari realitas, non material, abadi, dan tidak berubah, ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran manusia sehingga Ide, melampaui segala ide yang ada. Maka, eksisitensi ide-ide mendahului eksisitensi dunia inderawi.
Pemikiran Plato tentang ide awalnya berasal dari ilmu pasti misalnya; gambar segitiga dipapan tulis hanyalah merupakan bayangan dari ide segitiga. Dalam ilmu pasti tidak membicarakan gambar yang riil/real, tetapi berbicara pada umumnya, seperti : garis, segitiga, maupun lingkaran sehingga bagi, Plato ide segitiga meskipun tidak dapat ditangkap dengan panca indra tetapi memiliki realitas, sehingga baginya ilmu pasti tidak mungkin bicara mengenai sesuatu yang tidak ada, dan gambar-gambar segitiga yang digambarkan dipapan tulis hanyalah merupakan tiruan tak sempurna atau bayangan dari ide segitiga itu sendiri.
Pemikiran Plato tentang dunia ide ini telah menghantar orang pada pemahaman akan pengetahuan (knowledge atau episteme), dan yang menjadi pertanyaan disini, apakah konsep pemikiran Plato tentang ide ini benar-benar mutlak ?. Apakah didalam ide memiliki aspek partikular atau aspek inderawi ?, dan jawabannya tidak dan ya, karena hal ini merujuk dari kritikan Aristoteles mengenai falsafah pemikiran ide yang dikatakan oleh Plato. Selanjutnya pemikiran filosofis dari Plato ini dikritik oleh Aristoteles, karena bagi Aristoteles pemahaman ide dari Plato seakan-akan memandang rendah atau mementahkan aspek partikular atau dunia inderawi/ dunia fisik. Aristoteles memahami bahwa ide atau forma tidak pernah terpisah dari dunia inderawi, karena itu Aristoteles berpendirian bahwa setiap ide atau bentuk tertuju pada materi dan tidak dapat dilepaskan darinya, sehingga dunia inderawi akan membantu untuk dapat mengenal serta memiliki pengetahuan sejati, tentang benda-benda atau objek yang ada dalam kehidupan sehari hari atau pada benda benda yang kongkrit. Aristoteles menilai bahwa konsep pemikiran Plato tentang ide-ide yang kekal, tidaklah mutlak. Maka, menurut Aristoteles ia menolak pemikiran Plato tentang ide yang dapat bereksistensi terpisah atau lepas berdiri independen dengan benda benda partikular atau dunia inderawi.

3.                  PEMECAHAN PROBLEM DAN RELEVANSI PEMIKIRAN PLATO
Meskipun Plato dipandang memutlakan ide sebagai yang sesuatu absolut dan menerima kritikan dari Aristoteles. Akan tetapi dalam hal ini, ide itu hadir dalam benda kongkrit/ objek partikular, misalnya; seorang tukang kayu mempunyai konsep untuk membuat sebuah kursi atau meja atau benda benda kongkrit mengambil bagian atau berpartisipasi dalam ide misalnya; manusia berpartisipasi dalam kesempurnaan dan kebaikan Tuhan. Plato sama sekali tidak tidak bermaksud untuk merendahkan peranan persepsi inderawi. Plato, malahan berkeyakinan bahwa paling kurang ada dua macam pengetahuan (inderawi dan intelektual), dan bahwa pengetahuan inderawi memiliki peranan yang penting dalam memperoleh pengetahuan intelektual[6].  Plato hendak menegaskan bahwa kemampuan akal yang lebih rendah juga sangat perlu  dan bernilai karena manusia justru membutuhkan persiapan  dalam memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi.
            Pemikiran Plato yang bersifat idealis dan spekulatif, bagi saya hingga kini masih relevan. Pemikirannya mampu mewakili semua tradisi pemikiran dunia filsafat barat, dan juga mempengaruhi pemikiran para filsuf hingga saat ini. Di era modern ini, kini pemikirannya lebih populer digunakan oleh kaum rasionalis. Konsep ide yang ditunjukan oleh Plato hingga kini masih tetap relevan misalnya: dalam dunia pendidikan, konsep ide dari Plato ini telah berupaya menghantar kita atau setiap orang, pada sebuah proses penyempurnaan dengan menggunakan ratio atau akal budi sebagai instrumen yang tepat dan yang mampu mengantar orang pada cara berpikir secara praktis, kritis, dan teoritis sehingga dari hal itu akan membawa pada cara bagaimana menalar sendiri atau bagaimana mampu memecahkan persoalan yang sulit.
            Sehingga, untuk meneguhkan kembali pemikiran Plato tentang ide yang bersifat kekal atau terlepas dari objek objek inderawi yang, menjadikan ide sebagai landasan untuk memperoleh pengetahuan sejati disini saya merujuk tulisan dari Prof. Dr. K. Bertens yang mengatakan argumennya mengenai ide Plato, bahwa esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan kongkrit, sehingga pemahaman ini menunujukan bahwa Plato hendak menegaskan bahwa ide itu bukan hanya suatu pendapat atau opini saja tetapi ide adalah suatu ukuran untuk mencapai pengetahuan yang sejati atau pengetahuan yang benar[7]. Dengan konsep pemikiran Plato ini, telah membuka cakrawala berpikir yang benar, sehingga terang ide telah menerangi berbagai penelitian ilmiah atau membuka pelbagai interpretasi mengenai pendapat pendapat yang masih kabur atau juga pada gagasan gagasan yang masih dipertanyakan lagi, untuk mendapatkan pemahaman yang akuntabel atau yang dapat dipercaya. Sehingga ide-ide akan menjadi objek pengetahuan untuk memperoleh pengenalan sejati. Plato menunjukan kepada kita, bahwa dunia inderawi memainkan peranan yang penting dalam memperoleh pengetahuan, akan tetapi fungsi ini hanya akan mungkin terjadi bilamana dunia inderawi tersebut diterangi oleh ide-ide dalam dunia pengetahuan itu sendiri.
            Dengan demikian konsep pemikiran Plato tentang dunia ide memberikan inspirasi yang relevan dan yang berkelanjutan pada peradaban sekarang ini. Sumbangsih dunia ide dalam bidang bidang kehidupan dewasa ini menunjukan bahwa Plato adalah seorang filsuf yang dalam kebijaksanaannya memberikan pemikiran yang handal dan memberikan manfaat bagi dunia pemikiran saat ini. Dan bagi saya meskipun pemikiran Plato ini mendapat kritikan dari (muridnya), Aristoteles karena dianggap terlalu berat sebelah, akan tetapi paling tidak pemikiran Plato telah membuka jalan pada bagaimana cara berpikir berdasarkan akal budi, berpikir secara objektif dan bukan hanya berpikir secara subjektif belaka atau dalam tatanan empiris saja. Konsep pemikiran Plato ini juga telah mempengaruhi dunia kekristenan dimana konsep ide yang disuguhkan oleh Plato, pada perkembangan berikutnya mempengaruhi dan masuk dalam pemikiran para bapa Gereja, untuk menjelaskan ajaran ajaran  kekristenan.
            Dengan kata lain pemikiran Plato ini telah membawa pada tatanan kehidupan yang real, dan dengan gagasannya ini Plato sudah menunjukan bahwa jauh sebelum peradaban maju seperti sekarang ini aspek atau peran ratio adalah salah satu sarana dalam mengungkapkan dan mencari pengetahuan yang sejati, dengan tidak memandang remeh aspek lainnya yaitu dunia inderawi atau dunia partikular sebagai faktor lain yang akan menuntun pada penemuan pengetahuan yang sejati seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles atas kritiknya kepada dunia ide atau dunia pemikiran dari Plato.

DAFTAR PUSTAKA
·      Bertens. K., Sejarah Filsafat Yunani, Edisi Revisi ; Cet. ke-25  ( Yogyakarta : Kanisius ) 1999
·      Ohoitimur. Yong., Pengantar berfilsafat, ( Jakarta :Yayasan Gapura ),1997
·      Beoang, Konrad Kebung., Plato : Jalan menuju pengetahuan yang benar, ( Yogyakarta : Kanisius), 1997
·      Maksum. Ali., Pengantar Filsafat: dari masa klasik hingga postmodernisme, ( Yogyakarta :AR-RUZZ Media ), 2008


[1] Bdk., Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Edisi Revisi ; Cet.25, ( Kanisius : Yogyakarta, 1999), Hlm. 115-120.
[2] Dr. Yong Ohoitimur, Pengantar berfilsafat, ( Yayasan Gapura : Jakarta, 1997) Hlm. 43.
[3] K. Bertens., Hlm. 129
[4] K. Bertrens, Hlm. 133.
[5] Ali Maksum., Pengantar Filsafat:dari masa klasik hingga postmodernisme, (AR-RUZZ Media : Yogyakarta, 2008), Hlm. 70
[6] Bdk., Dr. Konrad Kebung Beoang, Plato : jalan menuju pengetahuan yang benar, ( Kanisius :Yogyakarta, 1997), Hlm. 30
[7] Bdk., K. Bertens., Hlm. 130

Tidak ada komentar:

Posting Komentar