KONSEP PEMIKIRAN PLATO TENTANG DUNIA IDE
TESIS : ide merupakan sesuatu yang
bersifat kekal atau yang absolut, ide terlepas dari objek-objek inderawi
sehingga ide menjadi landasan bagi pengetahuan yang sejati, namun ide juga
tidak pernah lepas dari objek-objek inderawi dalam mencapai ilmu pengetahuan
sejati.
1.
PLATO DAN LATAR
BELAKANG PEMIKIRANNYA
Plato
lahir pada tahun 428/427 sM, dari suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya
bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sejak masa muda Plato bergaul
dengan tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam dunia perpolitikan di
Athena, dan menurut kesaksian Aristoteles,
Plato dipengaruhi juga oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran
Herakleitos. Plato, juga dikatakan pernah mengunjungi Italya dan Sesilia pada usia 40 tahun, dan pada tahun 348/347
sM, Plato mendirikan dan mengepalai sebuah akademia sampai pada kematianya pada
tahun yang sama[1]
Titik
tolak pemikiran dari Plato, berangkat dari kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indra, yaitu realitas
yang berubah-ubah, Plato meyakini bahwa dibalik dunia yang dicerap oleh panca
indra terdapat dunia lain yang hanya dapat ditangkap dengan rasio, dan realitas
itu disebutnya sebagai dunia ide atau
dunia pemikiran[2].
Bagi Plato, ide adalah sesuatu yang objektif, ide-ide terlepas dari subjek yang
berpikir, ide tidak tergantung pada pemikiran namun sebaliknya pemikiran yang
tergantung pada ide-ide.[3] Konsep
pemikiran Plato tentang ide ini merupakan inti dan dasar seluruh ajaran ajaran
Plato. Ide yang dipahami Plato disini bukanlah arti yang dipakai oleh orang orang
modern saat ini, yang hanya mengartikan ide itu sebagai sesuatu gagasan atau
suatu pengalaman subjektif belaka, akan tetapi Plato memahami ide sebagai
sesuatu yang objektif, yang terlepas dari subjek yang berpikir.
Konsep
pemikiran Plato tentang ide ini dilatar belakangi oleh dua hal yang telah memberi
pengaruh pada konsep pemikirannya. pertama,
karena Plato adalah seorang matematik atau ilmu pasti sangat diutamakan di
Akademianya, dan gagasan matematika ini
telah membimbingnya pada tatanan pemahaman metafisik, sehingga aktivitas ratio
memungkinkan Plato untuk menangkap pemikiran dunia ide yang melampaui realitas fisik atau tidak terikat pada objek
partikular saja. Sehingga, bagi Plato realitas yang nyata bukanlah dunia
inderawi atau dunia partikular, melainkan ide-idelah yang menjadi realitas yang
paling real atau yang nyata. Kedua, hal
yang hendak Plato ungkapkan disini atau yang menjadi latar belakang
pemikirannya, adalah Plato menghubungkan suatu hubungan yang baru, antara
pemikiran dari Parmenindes dan Herakleitos, antara hal yang plural dan yang
unitas, antara yang banyak dan yang satu, dimana ajaran Herakleitos hanya lebih
berlaku pada dunia inderawi saja atau realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang
lain daripada gerak dan perubahan, dan pemikiran Parmenindes yang hanya berlaku
pada ide-ide atau realitas merupakan keseluruhan yang bersatu tidak bergerak
atau tidak berubah[4],
sehingga bagi Plato ide-ide itu sesungguhnya bersifat abadi, yang independen
atau bebas yang menjadi landasan atau fondasi untuk menuju pada pengenalan atau
pengetahuan sejati.
2.
LANDASAN PEMIKIRAN
PLATO TENTANG IDE, DAN TANGGAPAN KRITIS ARISTOTELES
Landasan
pemikiran Plato tentang ide, yang
dikemukakan oleh Plato dapat dianggap sebagai sumbangan filosofis yang terbesar
bagi dunia filsafat, karena melalui ajaran atau pemikirannya tentang ide ini,
telah membawa Plato melebihi para pendahulunya. Dalam hal ini ide, menurut Plato
adalah pola-pola yang bersifat kekal yang darinya objek-objek inderawi mendapat
wujudnya, ide itu bersifat kekal, tak berubah dan tak bermateri. ide itu adalah
dunia kodrati, bersifat kekal atau abadi[5]. Plato mengatakan
bahwa ide itu tidak diciptakan oleh pemikiran manusia, ide tidak tergantung
pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide
tersebut, Ide adalah citra pokok dan
pertama dari realitas, non material, abadi, dan tidak berubah, ide sudah ada
dan berdiri sendiri di luar pemikiran manusia sehingga Ide, melampaui segala
ide yang ada. Maka, eksisitensi ide-ide mendahului eksisitensi dunia inderawi.
Pemikiran
Plato tentang ide awalnya berasal dari ilmu pasti misalnya; gambar segitiga
dipapan tulis hanyalah merupakan bayangan dari ide segitiga. Dalam ilmu pasti
tidak membicarakan gambar yang riil/real, tetapi berbicara pada umumnya, seperti
: garis, segitiga, maupun lingkaran sehingga bagi, Plato ide segitiga meskipun
tidak dapat ditangkap dengan panca indra tetapi memiliki realitas, sehingga baginya
ilmu pasti tidak mungkin bicara mengenai sesuatu yang tidak ada, dan gambar-gambar
segitiga yang digambarkan dipapan tulis hanyalah merupakan tiruan tak sempurna atau
bayangan dari ide segitiga itu sendiri.
Pemikiran
Plato tentang dunia ide ini telah menghantar orang pada pemahaman akan
pengetahuan (knowledge atau episteme), dan yang menjadi pertanyaan disini,
apakah konsep pemikiran Plato tentang ide ini benar-benar mutlak ?. Apakah
didalam ide memiliki aspek partikular atau aspek inderawi ?, dan jawabannya tidak dan ya, karena hal ini merujuk dari kritikan Aristoteles mengenai falsafah
pemikiran ide yang dikatakan oleh Plato. Selanjutnya pemikiran filosofis dari
Plato ini dikritik oleh Aristoteles, karena bagi Aristoteles pemahaman ide dari
Plato seakan-akan memandang rendah atau mementahkan aspek partikular atau dunia
inderawi/ dunia fisik. Aristoteles memahami bahwa ide atau forma tidak pernah
terpisah dari dunia inderawi, karena itu Aristoteles berpendirian bahwa setiap
ide atau bentuk tertuju pada materi dan tidak dapat dilepaskan darinya,
sehingga dunia inderawi akan membantu untuk dapat mengenal serta memiliki
pengetahuan sejati, tentang benda-benda atau objek yang ada dalam kehidupan
sehari hari atau pada benda benda yang kongkrit. Aristoteles menilai bahwa
konsep pemikiran Plato tentang ide-ide yang kekal, tidaklah mutlak. Maka,
menurut Aristoteles ia menolak pemikiran Plato tentang ide yang dapat
bereksistensi terpisah atau lepas berdiri independen dengan benda benda
partikular atau dunia inderawi.
3.
PEMECAHAN PROBLEM DAN
RELEVANSI PEMIKIRAN PLATO
Meskipun Plato dipandang
memutlakan ide sebagai yang sesuatu absolut dan menerima kritikan dari Aristoteles.
Akan tetapi dalam hal ini, ide itu hadir dalam benda kongkrit/ objek
partikular, misalnya; seorang tukang kayu
mempunyai konsep untuk membuat sebuah kursi atau meja atau benda benda kongkrit
mengambil bagian atau berpartisipasi dalam ide misalnya; manusia berpartisipasi dalam kesempurnaan dan kebaikan
Tuhan. Plato sama sekali tidak tidak bermaksud untuk merendahkan peranan
persepsi inderawi. Plato, malahan berkeyakinan bahwa paling kurang ada dua
macam pengetahuan (inderawi dan intelektual), dan bahwa pengetahuan inderawi
memiliki peranan yang penting dalam memperoleh pengetahuan intelektual[6]. Plato hendak menegaskan bahwa kemampuan akal
yang lebih rendah juga sangat perlu dan
bernilai karena manusia justru membutuhkan persiapan dalam memperoleh pengetahuan yang lebih
tinggi.
Pemikiran Plato yang bersifat idealis dan spekulatif,
bagi saya hingga kini masih relevan. Pemikirannya mampu mewakili semua tradisi
pemikiran dunia filsafat barat, dan juga mempengaruhi pemikiran para filsuf
hingga saat ini. Di era modern ini, kini pemikirannya lebih populer digunakan
oleh kaum rasionalis. Konsep ide yang ditunjukan oleh Plato hingga kini masih tetap
relevan misalnya: dalam dunia pendidikan, konsep ide dari Plato ini telah
berupaya menghantar kita atau setiap orang, pada sebuah proses penyempurnaan dengan
menggunakan ratio atau akal budi sebagai instrumen yang tepat dan yang mampu
mengantar orang pada cara berpikir secara praktis, kritis, dan teoritis
sehingga dari hal itu akan membawa pada cara bagaimana menalar sendiri atau
bagaimana mampu memecahkan persoalan yang sulit.
Sehingga, untuk meneguhkan kembali pemikiran Plato
tentang ide yang bersifat kekal atau terlepas dari objek objek inderawi yang,
menjadikan ide sebagai landasan untuk memperoleh pengetahuan sejati disini saya
merujuk tulisan dari Prof. Dr. K. Bertens yang mengatakan argumennya mengenai
ide Plato, bahwa esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan
kongkrit, sehingga pemahaman ini menunujukan bahwa Plato hendak menegaskan
bahwa ide itu bukan hanya suatu pendapat atau opini saja tetapi ide adalah
suatu ukuran untuk mencapai pengetahuan yang sejati atau pengetahuan yang benar[7]. Dengan
konsep pemikiran Plato ini, telah membuka cakrawala berpikir yang benar,
sehingga terang ide telah menerangi berbagai penelitian ilmiah atau membuka
pelbagai interpretasi mengenai pendapat pendapat yang masih kabur atau juga
pada gagasan gagasan yang masih dipertanyakan lagi, untuk mendapatkan pemahaman
yang akuntabel atau yang dapat dipercaya. Sehingga ide-ide akan menjadi objek
pengetahuan untuk memperoleh pengenalan sejati. Plato menunjukan kepada kita,
bahwa dunia inderawi memainkan peranan yang penting dalam memperoleh pengetahuan,
akan tetapi fungsi ini hanya akan mungkin terjadi bilamana dunia inderawi
tersebut diterangi oleh ide-ide dalam dunia pengetahuan itu sendiri.
Dengan demikian konsep pemikiran Plato tentang dunia ide
memberikan inspirasi yang relevan dan yang berkelanjutan pada peradaban
sekarang ini. Sumbangsih dunia ide dalam bidang bidang kehidupan dewasa ini
menunjukan bahwa Plato adalah seorang filsuf yang dalam kebijaksanaannya
memberikan pemikiran yang handal dan memberikan manfaat bagi dunia pemikiran saat
ini. Dan bagi saya meskipun pemikiran Plato ini mendapat kritikan dari
(muridnya), Aristoteles karena dianggap terlalu berat sebelah, akan tetapi
paling tidak pemikiran Plato telah membuka jalan pada bagaimana cara berpikir
berdasarkan akal budi, berpikir secara objektif dan bukan hanya berpikir secara
subjektif belaka atau dalam tatanan empiris saja. Konsep pemikiran Plato ini
juga telah mempengaruhi dunia kekristenan dimana konsep ide yang disuguhkan
oleh Plato, pada perkembangan berikutnya mempengaruhi dan masuk dalam pemikiran
para bapa Gereja, untuk menjelaskan ajaran ajaran kekristenan.
Dengan kata lain pemikiran Plato ini telah membawa pada
tatanan kehidupan yang real, dan dengan gagasannya ini Plato sudah menunjukan bahwa
jauh sebelum peradaban maju seperti sekarang ini aspek atau peran ratio adalah
salah satu sarana dalam mengungkapkan dan mencari pengetahuan yang sejati,
dengan tidak memandang remeh aspek lainnya yaitu dunia inderawi atau dunia
partikular sebagai faktor lain yang akan menuntun pada penemuan pengetahuan yang
sejati seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles atas kritiknya kepada dunia
ide atau dunia pemikiran dari Plato.
DAFTAR PUSTAKA
· Bertens.
K., Sejarah Filsafat Yunani,
Edisi
Revisi ; Cet. ke-25 ( Yogyakarta : Kanisius ) 1999
· Ohoitimur.
Yong., Pengantar berfilsafat, (
Jakarta :Yayasan Gapura ),1997
· Beoang,
Konrad Kebung., Plato : Jalan menuju
pengetahuan yang benar, ( Yogyakarta : Kanisius), 1997
· Maksum.
Ali., Pengantar Filsafat: dari masa
klasik hingga postmodernisme, ( Yogyakarta :AR-RUZZ Media ), 2008
[1] Bdk., Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Edisi Revisi ;
Cet.25, ( Kanisius : Yogyakarta, 1999), Hlm. 115-120.
[2] Dr.
Yong Ohoitimur, Pengantar berfilsafat, (
Yayasan Gapura : Jakarta, 1997) Hlm. 43.
[3] K.
Bertens., Hlm. 129
[4] K.
Bertrens, Hlm. 133.
[5] Ali
Maksum., Pengantar Filsafat:dari masa
klasik hingga postmodernisme, (AR-RUZZ Media : Yogyakarta, 2008), Hlm. 70
[6] Bdk., Dr. Konrad Kebung Beoang, Plato : jalan menuju pengetahuan yang benar,
( Kanisius :Yogyakarta, 1997), Hlm. 30
[7] Bdk., K. Bertens., Hlm. 130